Bharata Yudha.Com- Medan– Tiga siswi di tiga sekolah yang berbeda di Medan diduga menjadi korban penjualan orang oleh diduga seorang mucikari. Ketiga siswi yang masih belia ini diiming-imingi menjadi peracik kopi ( barista ) disalah satu cafe di daerah namorambe, kenyataan nya ketiga siswi tersebut dijadikan pelayan ( pramuria ) dan teman duduk para hidung belang.
Informasi yang dihimpun dua dari tiga siswi tersebut masih duduk di bangku sekolah SLTP sementara seorang lagi baru kelas 1 SMU, terungkapnya kasus tersebut setelah Abang kandung salah satu korban meminta untuk bertemu. Ketiga siswi tersebut sebut saja Mawar (14), Melati (15) dan bunga (16) mendatangi Polrestabes Medan untuk melaporkan apa yang telah mereka alami.
Ibu Bunga berinisial BHL (51) mengatakan ia baru mengetahui bahwa anaknya diduga dijual karena pengakuan dari anaknya yang telah di iming-imingi oleh seseorang wanita berinisial S.
“Jadi gini awalnya bang, bermula anak saya pergi sekolah, saya tunggu punya tunggu hingga malam hari kok belum pulang jadi saya cari ketempat teman-temannya serta keluarga namun tak ada yang mengetahui keberadaan nya,” katanya, pada Senin (22/11).
Sambung ia menjelaskan pada Sabtu pukul 20.45 WIB ibu bunga melaporkan kehilangan anaknya ke Polrestabes Medan. Namun pada Minggu anaknya kembali ke rumah.
“Waktu dirumah itu aku tanya kepada anakku bahwa mereka diiming-imingi untuk bekerja sebagai pembuat kopi, tapi kenyataannya anakku bersama kedua temannya dijadikan pelayan dan menemani para hidung belang di cafe,” ungkapnya.
Mawar kepada wartawan mengatakan awalnya mereka ditawarkan pekerjaan untuk pembuat kopi di sebuah cafe namun hal itu ternyata tidak seperti yang dijanjikannya.
“Jadi gini bang awalnya kami minta pekerjaan kepada S, dia tawarkan untuk bekerja buat kopi di cafe dengan gaji Rp 500 ribu perbulan, jadi sebelum kesana kami dimintai uang sebesar Rp185 ribu per orang dengan alasan untuk biaya ongkos ke cafe namun ketika kami kesana uang kami keluar juga bang untuk ongkos, kami ngak tahu uang yang kami beri itu untuk apa,” akunya.
Lari Dari Rumah
Pengakuan dari para korban, Ketiganya meminta pekerjaan kepada S lantaran hendak lari dari rumah karena merasa terkekang atas aturan yang ada dirumah mereka masing-masing.
“Kami mau cari pekerjaan untuk mendapatkan uang agar kami bisa bertahan hidup di luar sana, makanya ketika ada pekerjaan buat kopi kami ambil pekerja itu tapi kami ngak tahu bakalan seperti ini jadinya, bahwa kami disuruh nemani tubang-tubang di cafe,” ucap para korban.
“Untuk perencanaan lari dari rumah kami juga mendapatkan support dari S, dimana S juga meminta kami untuk melangsir pakaian ke salah satu teman S dan pada hari puncaknya tepat pada Jumat (19/11) usai pulang sekolah kami langsung jumpai S dirumahnya di daerah Helvetia,” imbuhnya.
Sesampainya di rumah S para korban diajak ke Cafe Neraka di Daerah Namorambe. Dimana sebelumnya mereka berhenti di daerah Johor Medan dan sesampainya disana para korban bersama S dijemput oleh dua orang pria.
“Sesampainya di Johor kami dijemput pake mobil oleh dua orang pria dan kami diantar ke sebuah cafe di pasar tiga Namorambe,” ujar para korban.
“Kami diajak om-om itu ke cafe pasar tiga itu setelah sampai disana tak berapa lama kami pergi ke cafe namanya Cafe Neraka di Namorambe,” tambahnya.
Layani Pria Hidung Belang
Sesampainya para korban di Cafe Neraka Namorambe, ketiganya diminta untuk menemani pria hidung belang yang sedang minum minuman keras. Dengan keadaan terpaksa ketiganya menemani pria hidung belang tersebut.
“Dari kami bertiga yang nemani hanya si Melati, ia disuruh duduk sama om-om di cafe itu, salah satu teman kami si Melati dipeluk oleh om-om itu, si Melati menolaknya dan beranjak pergi tapi ditarik lagi dan di peluk lagi sama om itu, kami ngak kenal Ama Om itu, si S yang tahu siapa om itu,” ungkapnya.
Ketiga korban sudah minta pulang, Namun S mencoba untuk menahan ketiganya dengan alasan para orang tua ketiganya tak akan mencari lagi dan tak mungkin buat laporan ke Polisi.
“Kata dia (S), ‘ngapain kalian pulang ngak mungkin kalian dicari lagi dan ngak mungkin orang tua kalian melaporkan ke polisi, mereka kan ngak punya uang, ya udah kita besok ke cafe daerah Binjai saja’ itu bujuk rayu S kepada kami,” tuturnya.
Beruntung hak tersebut bisa terhenti setelah Abang salah satu korban bernama Mawar menghubunginya, kedekatan antara Abang adik tersebut membuat misi S gagal.
“Abangku (Mawar) menghubungiku mempertanyakan keberadaanku, aku bilang aku kabur dari rumah. Abangku mengajak aku agar cari kost suapaya gak jumpa orang tua lagi jadi aku setujui,aku bilang sama S dia bilang ‘oklah kalau begitu jadi kalau kalian kost, Rabu besok aku jemput kalian untuk pergi ke cafe daerah Binjai,” ucapnya.
“Aku dan kedua temanku pergi temui abangku di Fly Over Jalan Jamin Ginting tapi sebelum jumpa S minta Hp si Melati dengan alasan matikan GPS dan hingga sekarang hpnya merek iPhone tak juga dikembalikan, waktu kami jumpa abangku kami lihat orang tua kami sudah menunggu. Akhirnya kami menjelaskan apa yang telah terjadi selama kami tak pulang,” bebernya.
Sempat Ditolak Laporan di Polrestabes Medan
Ibu Melati berinisial BHL kepada wartawan mengaku saat membuat laporan oknum PPA sempat menolak laporan tersebut.
“Gimana ini bang tadi kami mau melapokan apa yang telah dialami anak kami tapi ditolak karena kata oknum itu tidak ada unsur pidananya,” akunya.
Kemudian wartawan mengkonfirmasi kepala SPKT AKP M Silalahi, ia mengajak korban ke ruangan kerjanya, sesampainya disana kepala SPKT mendengar pengakuan dari para korban yang akhir nya korban diminta untuk buat laporan.
“Setelah kita mintai keterangan para korban, kita minta untuk buat laporan karena dugaan penipuan dan penggelapan sudah dapat kasusnya, terkait kasus human trafiking kita masih mendalaminya lebih lanjut kasus tersebut untuk pencabulan kita lihat dulu wilayah hukumnya jika itu masih Wilkum Polrestabes Medan kita akan minta korban buat laporan disini, tapi jika di Deliserdang kita minta korban buat laporan di Polres Deli Serdang atau Poldasu,” tandasnya. ( Bharata 1 )