Bharata Yudha.Com– Komnas Perlindungan Anak medesak segera Polrestabes Medan menangkap dan menahan pelaku rudakpaksa terhadap seorang boca usia 12 di Medan hingga mengidap HIV. Tidak ada toleransi terhadap kasus kekerasan seksual biadap ini. (16/9/2022).
Untuk mengawal proses hukum ayas kasus kejahatan seksual ini, Komnas Perlindungan Anak segera membentuk Tim Litigasi dan Avokasi untuk perkara ini dengan melibatkan Komnas Perlindungan Anak Propinsi Sumatera Utara.
Disamping memberikan pembelaan hukum, Tim Litigasi dan Advokasi ini juga akan memberikan layanan pshikologis, demikian disampaikan Arist Merdeka Sirait Ketua Umum Komnas Perlindungan Anak kepada sejumlah media di Jakarta, Jumat 16/09/2022.
Lebih lanjut Arist Merdeka Sirait mengatakan, atas kasus ini para pelaku rudapaksa ini dapat diancam 20 tahun penjara, dan dapat ditambahkan 1/3 dari pidana pokok menjadi hukuman seumur hidup karena dilakukan oleh orang terdekat korban.
” Untuk itu, Komnas Perlindungan Anak berharap Polrestabes Medan tidak ragu untuk menetapkan UU RI Nomor : 17 Tahun 2016, tentang penetapa Perpu No. 01 Tahun 2016 tentang Perunahan kedua atas UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak,” ucap Arist Merdeka Sirait.
Terkuaknya tabir kasus rudapaksa terhadap boca 12 tahun ini bermula dari kecurigaan adik nenek korban terhadap kondisi kesehatan korban. Atas dasar itu kemudian adik nenek menyelidikinya dengan bertanya kepada korban.
Korban mengaku sejak bahwa sejak usia 7 tahun korban telah mengalami kekerasan seksual berulang yang dilakukan, diduga oleh pacar ibunya.
Kemudian setelah ibunya meninggal korban lalu tinggal bersama kakeknya. Namun sial nagi korban, selama tinggal bersama kakeknya di Kecamatan Tembumg Medan, kornan diperlakulan sebagai budak seks..
Bagaimana tidak korban juga menjadi budak seks adik neneknya.
Dalam kondisi itu, kemudian nenek korban mengemnalkan kepada A yang belakangan diketahui berprofesi sebagai mucikari..
Dari perkenalan itulah korban diduga dijual kepada sejumlah hidung belang. Dan setelah beberapa waktu, korban mengalqmi sakit dan meminta bantuan perobatan pada Fortuner Comunity hingga akhirnya korban setelah dilakukan sejumlah pemeriksaan medis, diduga korban mengindap HIV/ AID.
” Sayangnya kasus ini tidak mendapat perhatian dari Pemerintah kota Medan. Untuk kasus ini Komnas Perlindungan Anak segera berkordinasi dengan Kapoldasu, ” pungkas Arist Merdeka Sirait. ( Bharata 1 )