Bharata Yudha.Com– Masyarakat Desa Bulu Cina, Deli Serdang, Sumatera Utara (Sumut) memiliki cara inovatif untuk melawan kemiskinan. Setelah bertahun-tahun dicengkeram rentenir, masyarakat Bulu Cina mendirikan koperasi bernama Bangun Ekonomi Sedulur (BES). Dari modal awal sebesar 920 ribu rupiah, BES berhasil mengembangkannya menjadi 250 juta rupiah dalam waktu enam tahun. Koperasi ini mampu menolong 150 orang anggotanya.
Di banyak tempat, tidak sulit menemukan kemiskinan, tetapi tidak selalu mudah menemukan kelompok masyarakat yang mau berjuang secara bersama-sama menghadapi kemiskinan. Di Bulu Cina ada kelompok masyakakat yang menamai diri sebagai KPMD (Komite Pemberdayaan Masyarakat Desa). Kelompok masyarakat ini gigih berjuang melawan kemiskinan agar bisa terlepas dari jerat rentenir.
KPMD sendiri sejak awal berdiri tahun 2012 bersepakat untuk membangun ekonomi saudara-saudara mereka yang terjerat kemiskinan. Mereka urun dana seribu rupiah per keluarga secara rutin untuk membantu keluarga sedulur. Uang hasil urunan ini yang awalnya hanya belasan ribu mereka gunakan sebagai modal awal mendirikan koperasi yang dinamai BES (Bangun Ekonomi Sedulur). Melalui koperasi BES, KPMD secara perlahan mampu membantu masyarakat yang terjerat kemiskinan.
“Banyak sekali warga Desa Bulu Cina terjerat utang kepada rentenir. Jerat rentenir ini ada hampir di semua dusun di sana. Fenomena ini bertolak belakang dengan sejarah Bulu Cina yang pernah menyumbang ratusan triliun rupiah dari komoditas Tembakau Deli,” kata Dedy Hutajulu, salah satu penulis buku saat acara bedah buku berjudul “Bangun Ekonomi Sedulur” yang digelar di Aula Kantor Desa Bulu Cina, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Kamis (22/9).
Masyarakat yang terjerat utang ini, kata Dedy, mengalami banyak masalah seperti usahanya tumpur, anak putus sekolah, diteror rentenir, lari malam, makan diirit, terpaksa jual diri, hidup berpindah-pindah dan muncul kebiasaan baru yaitu senang mengutang. Masalah-masalah ini laksana lingkaran setan yang sulit diputus. Namun, dari koperasi BES kita bisa melihat bahwa persoalan ini bisa dibereskan. Ada banyak contoh masyakarakat anggota Koperasi BES yang mampu lepas dari jerat rentenir dan kini mereka bisa hidup mandiri secara ekonomi. Salah satunya, Bu Rubikem dengan usaha warung mi sopnya yang dibangun dengan pinjaman dari koperasi BES, atau Kasio, taipan furniture yang sempat terpuruk namun berkat kegigihan dan kerja kerasnya dibantu pinjaman lunak dari koperasi BES, akhirnya usaha mebelnya bangkit lagi.
Project Manajer GNI Medan Deli Serdang Anwar Suhut mengatakan persoalan kemiskinan dan jerat rentenir di Bulu Cina bukan hal mustahil untuk ditangani. Masyarakat itu bisa terlepas dari jerat rentenir asalkan mereka bisa mendapatkan akses terhadap pinjaman lunak. Akses itu yang harus diciptakan. Dan kemudian akses yang diberikan ke masyarakat tentu harus bisa dikelola dengan manajemen yang baik. Bagaimana menciptakan akses ekonomi dengan bunga rendah bagi masyarakat miskin, itulah yang dicetus oleh koperasi BES.
Hanya dengan modal urunan awal seribu rupiah di awal berdiri, kini koperasi ini telah menghimpun dana sedikitnya Rp 250 juta. Dan jumlah anggota aktif mencapai 150 orang. “Sebagai lembaga yang fokus mendampingi KPMD dan Koperasi BES sejak awal, hal inilah yang ingin kami pastikan, sehingga mereka memiliki kemampuan mengelola setiap sumber daya yang ada,” ungkap Anwar.
Salman, Koordinator Bidang Program Desa dari Kementerian Desa merasa terinspirasi dengan kemampuan masyarakat Bulu Cina menghadapi persoalan-persoalan kemiskinan melalui Koperasi BES. Menurutnya, BES benar-benar koperasi yang memperjuangkan nasib masyarakat desa. Ia berharap, pemerintah desa Bulu Cina sebaiknya merangkul masyarakat-masyarakat yang berdaya seperti koperasi BES.
“Ke depan, ketika disoundingkan dengan pemerintah desa, harapannya, ada dukungan dari pemerintah, agar koperasi ini semakin berkembang dan manfaatnya semakin bisa dirasakan masyarakat luas,” harapnya.
Sementara itu, Inong, perwakilan Dinas Pertanian Deli Serdang memuji sepak terjang KPMD dan Koperasi BESnya. Inong tertarik dengan model perkoperasian BES yang sangat menjawab persoalan masyarakat. Karena itu, secara terbuka, ia mengajukan mendaftarkan dirinya beserta 16 kelompok tani bawahannya, yang terdiri dari 700 petani, untuk bergabung dengan koperasi BES. “Dan menurut saya, buku ini menarik dan enak dibaca,” puji Inong. ( Bharata 1 )